Karya: Danu Wijaya
Pernahkah kita bertanya
kenapa Tuhan menciptakan kita untuk bernafas setiap detiknya, ataukah kita
berfikir mengapa kita butuh air saat kita dahaga? Aku selalu berfikir,
bagaimana mungkin Tuhan selalu ada untuk kita, kita yang tak pernah tahu apa
itu rasa syukur. Satu kejadian yang membuatku takut akan kesombongan adalah
saat tubuhku tenggelam dalam genangan air sedalam lima meter, aku sadar bahwa
udara adalah nikmat yang tak pernah lepas yang diberikan Tuhan, aku baru sadar
bahwa air itu bisa menyejukkan tetapi bisa saja membuat kita mati ketakutan.
Itulah yang disampaikan
pemateri kami waktu itu saat Kajian Intensif Kamis Sore atau kami anak Rohis
lebih senang menyebutnya KISS. Pagi itu aku mendapati sebuah pesan singkat yang
dikirim oleh sahabatku, ponsel yang sangat jadul dan tak modern itu adalah
ponsel pertama yang kumiliki yang juga merupakan warisan dari kakak kandungku. Tapi
karena bapak selalu memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya akhirnya akupun
akan mendapatkan ponsel modern pertamaku saat kelas dua .
“Assalam, bro kita
mbuat tim nasyid yuk?” ajak sahabatku Chofi melalui pesan singkat,
“Wa’alaikum salam, oh
boleh boleh. Siapa aja yg mau ikt?” balasku,
“Sudah ada 4 org, sama
kamu jd 5. Nanti siang kumpul dimushola ya” balasnya lagi,
“Oke, sip” jawabku.
Chofi adalah sahabatku
sejak SMP, aku belum akrab dengannya waktu itu. Kami hanya saling bertemu saat
rapat atau para ketua kelas dikumpulkan untuk mendapat arahan yang diberikan
oleh wakil kepala sekolah bidang kesiswaan SMA kami. Sementara empat tiga
sahabat nasyidku lainnya adalah Arief, Taufik, dan Ahmad Khozin.
Sebenarnya kami
berempat (aku, Chofi, Arief dan Ahmad Khozin) adalah teman satu SMP dahulu tapi
aku masih pada duniaku, dunia yang berteman dengan anak-anak nakal yang dibenci
guru. Sementara mereka bertiga adalah murid yang selalu berada di kelas
favorit. Dan Taufik sendiri baru ku kenal saat SMA, karena dia merupakan ketua
kelas dari kelas sepuluh dulu.
***
Pagi itu ada
sebuah acara yang sangat sakral bagi kami, pagi dimana akan ada penyambutan
bulan yang sangat diidamkan manusia, bulan ramadhan. Pagi itu akan diadakannya
sebuah acara songsong ramadhan, acara yang pasti diagendakan rutin satu kali
dalam setahun ini berisikan tausiyah dan beberapa penampilan dari eskul-eskul
yang ada di SMANSA. Aku bersama teman-teman X3, serta teman-teman yang lain
duduk di posisi tengah. Posisi pas bagi kami karena dapat melihat dengan
sempurna semua orang yang ada di bawah naungan tenda besar yang dipasangkan di
lapangan basket sekolah kami.
“Sepatu-sepatu,
sebungkus cuma sepuluh ribu saja. Hahaha”. Ejekanku pada teman-teman karena
waktu itu kami diberikan kantong plastik warna hitam yang menjadi wadah sepatu,
“Wah gak bisa
kurang mas, di toko sebelah cuma lima ribu tiga. Haha”. Jawab sahabatku fahmi,
“Wah mas ini
gimana, toko sebelah cuma jual sebelah mas. Lha itu lima ribu tiga, gek kanan
semua lagi. Lha kalo mas mau beli lima ribu tiga ya bisa mas, tapi campur culek
mas. Hahaha” bantahku sambil tertawa,
Dan kami yeng
berada di barisan tengah ternyata sangat heboh dan ribut sekali saat acara
sedang berlangsung. Aku, Fahmi, dan Chofi selalu membuat kegaduhan serta
menjadikan bahan ejekan setiap apa yang sedang terjadi dipanggung. “Ehhor”
sesekali keluar dari mulutku dan Chofi, “Ehwor” balas Fahmi, dan untuk ejekan
Chofi adalah “Ehkholet” dan kalimat-kalimat itu yang paling sering terdengar
ketimbang apa yang disampaikan dipanggung. Kami benar-benar urakan waktu itu,
kumpulan orang yang senang membuat kegaduhan. Padahal kami terhitung murid baru
di sini, tapi kami memang benar-benar tak punya rasa malu.
Sudah sekitar
pukul 09.15 terhitung waktu berjalan, tetapi acara inti belum juga dimulai.
Yaitu tausiyah yang akan disampaikan oleh ustadz yang diundang dari Tanjung
Karang (sebuah kota yeng berada di pusat kota Bandar Lampung). Ternyata
Al-Ustadz agaknya terlambat karena suatu hal, dan ini tidak pernah diduga oleh
panitia sebelumnya. Kami semua sudah mulai kepanasan dengan tenda yang seadanya
itu. Mulut-mulut para peserta sudah mulai berceloteh tak sabar, dan panitia
sudah mulai habis akal untuk mengatasinya. Tapi tentu saaja tidak berlaku bagi
kami, trio heboh, trio yang selalu ada akal untuh mengubah dan mencairkan
suasana.
“Maju wae kwe
mi” (maju saja kamu mi), kataku pada fahmi
“Iyo, maju wae.
Cemen!” (iya maju saja. Cemen!), tambah Chofi,
“Oke, mange aku
wedi opo. Maju iki aku.” (oke, emangnya aku takut apa. Maju aku) jawab Fahmi,
dan ia meladeni tantangan kami dengan langsung berdiri dan dengan santai dan
bergaya intelektual ia berkata,
“Maju!” sambil
ia melangkah satu langkah kedepan,
“Wes to. Hahaha”
(sudah to), kata fahmi
Dan begitulah
kami, selalu ada yang dapat kami jadikan sebagai bahan bercanda. Dan anehnya,
kami tak pernah bosan dengan itu.
Lalu pembawa
acara mulai berbicara tentang acara yang molor
ini, “Baiklah, karena keterlambatan pemateri kita kali ini. Marilah kita sambut
penampilan dari eskul ROHIS, yaitu tim nasyid Together Voice!!! Berikan
sambutan yang meriah untuk Together Voice”. Itulah kali pertamanya aku tahu
yang namanya Nasyid, dakwah dalam syair dan nyanyian. Lagu pertama yang ku
ketahui adalah lagu dari GSM yang berjudul “Bersatu”, tapi waktu itu aku belum
dan bahkan tidak sama sekali tertarik dengan nasyid, musik dengan instrument
mulut yang menurutku malah lucu untuk dilihat. “Tum tum tum, parap parap, tum,
cekeces” aku hanya tertawa ketika melihat penampilan dari kakak-kakak kelas
itu. Dan tentu saja, trio heboh tak akan tinggal diam dengan hal ini. Kami
malahan membuat grup nasyid dadakan di barisan tengah, kami tirukan apa yang
sedang dicontohkan didepan. Tapi, tentu saja lagunya telah kami aransmen
sendiri dengan lirik buatan kami, lirik yang aneh dan tentunya lirik yang
gunanya untuk mengejek nama orang tua. Beginilah lirik yang kami buat sendiri,
“Let let let,
Hor hor hor hor,
Wor wor wor wor,
Beduk masjid,
(let kolet)
Dompet asli,
(let kolet)
Guru MTK, (let
kolet)
Waka kesiswaan,
(let kolet)
Wor wor wor wor
Hor hor hor
hor,”
“Let/ kolet”
adalah ejekan untuk nama orangtua Chofi, “Hor” adalah nama ejekan untuk
orangtua Fahmi, dan “Wor” sendiri adalah ejekan untuk nama orangtuaku.
Itulah
awalku mengenal nasyid, nyanyian dengan musik pengiring yang unik dari mulut.
Aku tertarik pada nasyid, tertarik pada nyanyian islami.
***
Sepulang
sekolah kami berkumpul, saat aku datang ke mushola sekolah baru ada Chofi,
Ahmad Khozin dan Taufik semantara Arief masih menyelesaikan agendanya.
“Assalamu’alaikum.”
Sapaku sambil membuka pintu mushola,
“Wa’alaikum
salam.” Jawab sahabatku kompak,
“Gimana
bro?” tanyaku sambil berjabat tangan dengan mereka,
“Kumpul aja
dulu, kita ngobrol aja. Sharing gitu” Jawab Taufik dan Chofi bergantian,
“Sambil
nunggu Arief juga to?” tambah Ahmad Khozin,
Tak lama
kami berbincang-bincang sekitar sepuluh menit kemudian akhirnya Arief datang,
dengan wajah yang selimuti senyum khasnya ia memberi salam dan meminta maaf
pada kami atas keterlambatannya. Yap, itulah Arief. Seseorang yang paling tidak
bisa mengatakan tidak atas apa yang orang lain pinta padanya, sesulit apapun ia
menjalaninya maka ia akan mengatakan iya terlebih dahulu. Jadi wajar jika memiliki
waktu bertemu dengan dia, pasti akan ada banyak pertimbangan yang membuat
dirinya selalu datang terlambat, selalu.
“Maaf ya
bro, tadi ada janji bentar.” Dengan wajah yang manis ia meminta maaf pada kami,
“Iya gapapa
kok, santai wae” jawab kami,
“Jadi gimana
kesimpulannya, pada mau gak kalau kita mbuat tim nasyid?” tanya Arief,
“Oke aku
mau, aku juga, sip aku juga” jawab Chofi, Ahmad Khozin dan Taufik,
“Yaudah kalo
pada mau, ya aku ikut. Jadi pelengkap gitu lah. haha” jawabku.
“Sip deh,
brati kita udah deal ya mbuat grup
nasyid?” tanya arief sekali lagi,
“Yoi” jawab
kami kompak.
Setelah itu
kami lanjutkan pertemuan kami dengan menentukan nama grup nasyid yang telah kami
bentuk, di sini kami mulai membangun keakraban persaudaraan. Kami saling
bercanda dan bergurau satu sama lain, aku yang memang terkesan selalu ingin
membuat orang tertawa begitu juga Chofi yang kompak denganku, sementara Arief
dan juga Ahmad Khozin bagaikan saudara kandung yang akrab dan ternyata
persahabatan mereka telah dimulai saat kedua ayah mereka juga dahulu merupakan
sahabat karib, berbeda dengan Taufik yang cendrung diam dan penuh dengan
perhitungan tapi tak kalah lucu saat ia mengeluarkan kata-kata.
Saat itu
banyak sekali ide nama tim nasyid yang kami sebutkan, mulai dari Ar-Rash,
Al-Kahfi, atau nama tim nasyid turun temurun dari SMA kami yaitu Together
Voice, dan bahkan sempat tercetupkan sebuah ide yaitu Al-Kafirun dan
Al-Murtadin. Kami benar-benar baru memulai tahap keakraban persaudaraan. Tapi
akhirnya keluarlah ide untuk membuat nama tim nasyid kami dengan huruf awal
dari nama masing-masing anggota Danu, Ahmad Khozin, Chofi, Taufik dan Arief dan
terbentuklah “DACTA” ini adalah nama dari tim nasyid kami.
Beberapa
hari kemudian, kami mendapat undangan dari kakak tingkat yang diumumkan pada
setiap masing-masing kelas. Undangan itu adalah undangan untuk mengikuti acara
MABIT yaitu Malam Bina Iman dan Taqwa, acara yang di agendakan oleh Rohis. Dan
kami pun bersepakat jika ada kesempatan atau waktu yang disediakan oleh panitia
acara untuk kami agar bisa tampil, maka kami akan tampil. Hmmm, nekat memang
tim nasyid yang baru sekitar dua hari terbentuk sudah berani tampi diacara yang
cukup ramai di datangi orang.
Tetapi
ternyata DACTA belum cukup kemampuan untuk bisa tampil di acara sekaliber
MABIT, maklum tanpa persiapan tanpa latihan dan tanpa arahan. Dan akhirnya sore
sebelum mabit dimulai, kami menyempatkan diri untuk berkumpul dan latihan sejenak
di lantai atas sebelah aula sekolah. Lagu pertama latihan kami adalah “Bersatu”
yang dinyanyikan oleh GSM. Terdengar tak
beraturan tapi kami cukup menikmatinya saat itu, tapi anehnya sampai saat ini
kami tak pernah dengan sempurna berhasil menyanyikan lagu itu dengan baik.
Malam datang
dan acara MABIT dimulai setelah adzan magrib berkumandang, sholat magrib
berjama’ah dan setelahnya membaca almatsurot sughra bersama-sama adalah
agendanya, aku baru mengenal almatsurot dari acara MABIT ini, dari acara yang
diagendakan Rohis ini aku baru juga tahu ternyata ada banyak cara membangun
persaudaraan kita menjadi lebih erat. Acara dilanjutkan dengan materi dan
beberapa hiburan dari panitia, dan kembali materi sampai pukul sepuluh malam
serta dilanjutkan dengan beristirahat.
Ini adalah
pertama kalinya aku tidur di sekolah bersama teman-teman. Perasaan senang dan
pengalaman yang sulit dicari lagi, sampai saat ini aku masih rindu saat-saat
menginap di sekolah. Saat waktu beristirahat tiba aku dan teman-temanku yang
lainnya mengalami hal yang sama, yaitu kami tidak bisa tidur semalam suntuk.
Kami saling bercerita satu sama lain, saling mengejek dan lain sebagainya.
Hingga pukul dua dini hari kami di ajak keluar ruangan untuk melaksanakan
sholat tahajud dan witir dilapangan basket sekolah, dan lagi ini adalah
pengalaman pertamaku sholat malam berjama’ah. Aku sangat senang bisa mengikuti
agenda MABIT ini.
Tak terasa
pagi hari datang, setelah melakukan sholat subuh berjama’ah dan dilanjutkan
dengan membaca Al-Qur’an bersama-sama dalam lingkaran, kami diajak untuk
mengikuti permainan yang telah dibuat oleh panitia. Kami dibagi atas beberapa
tim, dua tim untuk laki-laki dan dua tim untuk wanita. Kami diberikan selembar
kertas yang nanti akan berisi perintah untuk bisa sampai kekertas berikutnya
yang pada akhirnya adalah penentuan tim siapa yang tercepat menyelesaikan
rintangan. Oleh teman-temanku aku diberikan kesempatan untuk membuka dan
membacakan lembaran kertas yang diberikan panitia,
“Silahkan
meminta petunjuk pada kak Abbas” perintah dari kertas yang kubacakan kepada
teman-teman,
Kami segera
menuju ke arah kak Abbas untuk meminta petunjuk selanjutnya,
“Ketoilet
Ikhwan nomor tiga” kataku setelah mendapat petunjuk, lalu sahabatku bertanya.
“Ikhwan itu
yang mana, laki-laki atau perempuan?” tanyanya bingung
Aku juga
bingung karena belum faham apa itu ikhwan dan akwat, tapi aku dengan yakin
menjawab.
“Ketoilet
Wanita!” jawabku dengan lantang sambil berlari,
Dan seketika
permainan game pun jadi tak beraturan, ada dua tim yang tidak akan mendapatkan
petunjuk yang terakhir karena telah salah langkah telebih dahulu. Aku malu tapi
aku sangat senang, dan teman-temanku yang lainpun malah menertawaiku juga.
Ikhwan yang berarti laki-laki dan akhwat yang berarti wanita/perempuan telah
kusalah artikan. Begitulah kenanganku saat MABIT pertama, sangat mengasyikkan
sampai siang hari kami di sekolah dan kira-kira pukul sepuluh pagi kami pulang
ke rumah masing-masing, MABIT yang asyik dan melelahkan.
Setelah
mengikuti acara MABIT , aku semakin tertarik untuk mengikuti agenda apa saja
yang diadakan oleh Rohis apalagi kini aku memiliki tim yang bernuansakan islam.
Melalui Rohis aku terus belajar nikmatnya mempelajari agama, melalui nasyid aku
bisa membawa Rohis dikenal olah siswa bahkan masyarakat umum. Rohis selalu
mengadakan agenda yang memberikan dampak positif bagi kita, meskipun peminatnya
tak sebanyak ekstrakulikuler yang lainnya tetapi Rohis selalu memberikan warna
yang berbeda.
Aku tak
pernah melihat adanya rekrutmen untuk menjadi anggota teroris saat bergabung
dengan Rohis, aku tak pernah merasa ingin menghancurkan siapapun yang tidak
setuju dengan islam, aku tak pernah merasakan terkekang selama menjadi anak Rohis,
aku juga tak pernah diwajibkan untuk selalu memakai baju koko atau berjenggot
atau dilarang berteman dengan non muslim. Rohis bukan tempat untuk merekrut
calon teroris, karena ROHIS menanamkan cara islamiyah yang tak pernah
memaksakan, islam tak pernah menghancurkan begitu juga dengan Rohis, dan
menjadi anak Rohis aku bisa tahu betapa luasnya islam itu, betapa banyak cara
yang bisa disampaikan dalam berdakwah. Bukan dengan kekerasan, bukan dengan
teror dan pembunuhan, bukan juga dengan kebohongan.
Dari Rohis
aku belajar berdakwah, dari Rohis aku belajar berukhwah, dari Rohis aku belajar
semuanya. Terimakasih ya Allah telah memperkenalkan aku dengan Rohis, dengan
tim nayid yang kini menjadi bagian dari keluargaku. Aku anak ROHIS aku BUKAN
TERORIS. Aku Cinta ROHIS karena Allah.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomantar, tapi gunakan bahasa yang santun dan mudah dipahami ya. ^_^
Untuk yang berkomantar kurang sopan atau mengandung unsur profokasi, admin akan menhapusnya. terimaksih untuk partisipasinya. Selamat berkomentar...